Haji adalah Perjalanan Penyembuhan Holistik
Oleh Tabib Sri Ahmad “Klinik Bio Natural” Psyco Therapy dan Self Healing
HAJI menurut bahasa adalah berkunjung ketempat yang agung, sedangkan menurut istilah ( Syara’ ) adalah berziarah ke Baitullah dengan niat beribadah kepada Allah SWT dalam tempat tertentu pada waktu-waktu tertentu dengan cara –cara yang sesuai dengan syariat .
Ibadah haji, dalam rukun Islam, merupakan ibadah kelima setelah syahadat, salat, puasa dan zakat. Ibadah ini dilakukan pada hari-hari tertentu di bulan Dzulhijjah dengan urutan amalan-amalan tertentu. Setiap pelaku haji melakukan amalan-amalan tersebut pada tempat-tempat yang tertentu pula. Di antaranya adalah Mekah, tempat para jamaah haji melakukan thawaf (mengelilingi Ka’bah), sa’i (lari-lari kecil), dan tahallul (memotong rambut). Kemudian, Arafah, suatu padang tandus tempat para jamaah haji melakukan perenungan dan berdoa sebanyak-banyaknya. Lalu, Mina, tempat para jamaah haji melontar tiga macam jumrah, dan seterusnya hingga ritual haji selesai. Pertanyaannya, apa rahasia yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah haji itu, apakah ia hanya sekadar ritual belaka, atau ada makna luhur di balik semua ritual tersebut sesuai QS (3) al-Imron:197,
ٱلۡحَجُّ أَشۡهُرٞ مَّعۡلُومَٰتٞۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلۡحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي ٱلۡحَجِّۗ وَمَا تَفۡعَلُواْ مِنۡ خَيۡرٖ يَعۡلَمۡهُ ٱللَّهُۗ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ .
Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, maka barangsiapa yang mewajibkan (atas dirinya) untuk berhaji di dalamnya (bulan-bulan itu), maka tidak ada rafats (bercampur dengan isteri, cumbu-rayu, dan berkata cabul), tidak ada kefasikan (berucap atau berbuat sesuatu yang melanggar norma-norma susila dan agama) dan tidak ada bantah-bantahan di dalam haji. Dan apa pun yang kamu kerjakan berupa kebaikan, (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah kamu! Maka, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal bersih, murni, dan cerah!
QS (3) Ali ’Imran:96
إِنَّ أَوَّلَ بَيۡتٖ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكٗا وَهُدٗى لِّلۡعَٰلَمِينَ فِيهِ ءَايَٰتُۢ بَيِّنَٰتٞ مَّقَامُ إِبۡرَٰهِيمَۖ وَمَن دَخَلَهُۥ كَانَ ءَامِنٗاۗ وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلۡبَيۡتِ مَن ٱسۡتَطَاعَ إِلَيۡهِ سَبِيلٗاۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ ٱلۡعَٰلَمِينَ .
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah bagi) manusia, ialah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) Maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah), menjadi amanlah dia; mengerjakan haji menuju Baitullah adalah kewajiban manusia terhadap Allah, (yaitu bagi) yang sanggup mengadakan perjalanan ke sana, barangsiapa kafir, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (dan tidak butuh) pada seluruh alam.
HR. al-Imam Ahmad dari Jabir bin ‘Abdullah, bahwa sanya Nabi saw. bersabda;
اَلْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ له جَزَاءٌ الا الْجَنَّـةَ.
Haji Mabrur tidak ada imbalan lain baginya kecuali surga.
Uraian diatas adalah ibadah haji secara syariat tapi kami akan menguraikan haji secara hakekat .
Haji menurut Hakikat ibadah yang universal tidak terpaut kepada agama teertentu dan waktu tertentu dan quota tertentu sebab wajib bagi seluruh manusia sebagaimana seorang hamba bermujahadah (upaya jiwa yang sungguh-sungguh) bagi yang mampu melakukan perjalanan spiritual atau memeperoleh kesadaran musyahadah (penyaksian) dengan proses kegigihan seorang hamba mengunjungi Baitullah sebagai sarana bertemu (liqa’) dengan Tuhan.
Maka hakekat haji tidak sekedar berkunjung ke Kaʿbah al-Musyarrafah, adalah sebuah bangunan di tengah-tengah masjid paling suci dalam agama Islam, Masjidilharam, di Makkah, Arab Saudi. Ka’bah juga disebut sebagai Baitullah atau Bait Allah (‘Rumah Allah’),
Maka dari itu ibadah haji tidak hanya sebuah ritual berkunjung ke ka’bah tetapi adalah merupakan perjalan si salik untuk (liqo’ I Robbi ) atau memperoleh kesadaran ( musyahadah ) tidak harus berkunjung , “ Baitullah “ secara dhohir atau syariat tetapi bisa ke baitullah yang sebenar- benarnya (haqiqi ) adalah qolbu orang beriman .
Dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baik pulalah akhlaknya dan jika ia tidak baik maka tidak baik pula akhlaknya. Ia adalah qalbu atau biasa kita kenal dengan namanya hati.
ALLAH telah berfirman dalam hadis qudsi,“Qalbul Mukmin Baitullah.”“Qalbu orang yang beriman itu adalah rumah ALLAH.”“Tidak dapat memuat zatKu di bumi dan di langitKu, kecuali “Hati” hambaKu yang mukmin, lunak dan tenang“
(HR Abu Dawud)
Maka perjalan haji tidak hanya sebuah ritual tetapi secara hakekat adalah perjalanan spiritual karena Ibadah Haji adalah simbol kepulangan manusia kepada Tuhan yang Maha Mutlak ( QS .al baqoror 156 ) Oleh karena itu, niatkan haji hanya semata-mata karena Allah Swt. Pakailah pakain kejujuran dan buang jauh-jauh sifat keangkuhan, kebanggaan dan semua atribut (label ) yang biasa melekat pada diri manusia harus menjadikannya titik orientasinya hanya kepada Allah (QS. Al-An’am:162- 163), sebagaimana yang digambarkan ketika sedang thawaf.
Bahwa kita bagian dari seluruh jagad raya yang selalu tunduk dan patuh kepada Tuhan. Sekaligus gambaran akan larut dan leburnya manusia dalam hadirat Ilahi (al-fana’fi Allah) .
Saat menyembelih kurban niatkan untuk menyembelih “nafsu kebinatangan” yang ada dalam diri, Sifat egoisme, dehumanisme, sifat kerakusan, keserakahan, ketamakan dan sifat-sifat buruk lainnya. Keberhasilan ibadah haji bukan dilihat dari berapa kalinya seseorang menunaikannya tetapi lebih ditentukan oleh kesadaran musyahadahnya kepada Tuhan. Karena musyahadah inilah yang akan membentuk visi kemanusiaan, keadilan dan solidaritas sosial. Kesadaran yang demikian akan membentuk manusia yang arif . Yakni manusia yang mampu memberikan kesejukan, kecintaan, kebenaran dan keadilan di muka bumi sehingga mampu membersihkan dari unsur-unsur duniawi dan membangunnya di atas batin yang tulus dan suci. Dengan demikian, manusia setelah bisa melakukan perjalanan spiritual pada hakekatnya juga sudah melakukan perjalanan spirit dan ritual sehingga menjadi manusia insan kamil (Ulil Albaab ) adalah orang yang mempunyai kesadaran dalam berpikir,kedewasaan berperillaku dan kedewasaan berpengetahuan yang artinya manusia ulil albaab harus bisa menyelaraskan IQ (kecerdasan pengetahuan) EQ ( kecerdasan emosional) S Q ( kecerdasan Spiritual ) dan ultimade Goal adalah ( Ma Q) kecerdasan ma’krifah atau orang yang Arifbillah.
Allah SWT berfirman dalam surah Ali Imran ayat 191 yang berbunyi:
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّار
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka,” (QS. Ali Imran: 191)
Maka dapat disimpulkan bahwa perjalan haji secara spiritual atau hakekat adalah membebaskan manusia dari penyakit hati karena dalam perjalanan spiritualnya orang yang berhaji harus sudah bisa menfanakan urusan selalin Alah ( mati sak jeruning urip ) yang dituju hanya wajah allah.
Maka sikap berserah diri secara total kepada Allah merupakan cerminan kematian “diri” (egosentris) kita. Nabi SAW menyatakan dengan kata-katanya yang sangat terkenal, “matilah kamu sebelum kamu mati” (mutu qabla anta mutu).
Maka hakekat haji yang sebenarnya adalah menghilangkan sifat –sifat ke (aku) anku yang kecil adalah diriku menjadi lebur tinggal Aku yang maha Besar adalah Allah SWT hal ini selaras dengan judul di atas haji adalah perjalan penyembuhan secara holistik atau penyembuaha baik secara dhohir ( jasmani ) maupun batin ( Ruhani ) atau dengan kqata lain adalah penyembuhan secara madiri ( self healing) dan yang lebih utama dari perjalan haji adalah membebaskan manusia dari syirik .
Karena Syirik adalah pangkal segala kejahatan dan penyelewengan serta rusaknya pikiran atau tingkah laku maka orang yang
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، Labbaika allahumma labbaik (Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang) لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ Labbaika laa syariika laka labbaik (Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu) إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syariikalaka (Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan hanyalah kepunyaan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu)