Pasang Bendera Partai, Terkesan Adu ketinggian, Jelang Pilkada 2024.
BOYOLALI, Gerbanginterview – Puluhan Bendera partai politik menghiasi Dukuh Kembang Desa Nepen Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, puluhan bendera yang dipasang tinggi, dan terkesan bersaing dalam adu ketinggian itu karena di duga di Dukuh tersebut terdapat dua kelompok pendukung paslon bupati yang berbeda.
Bendera besar maupun kecil dari partai PDI P (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) mendominasi, disusul partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang mewarnai dan menghiasi diatas Dukuh Kembang Desa Nepen.
Desa Nepen Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali, ada 9 (sembilan) Dukuh, berdasarkan hasil pengamatan dari tim gerbanginterview, hanya ada satu dukuh yang nampak bersaing pasang bendera partai menjelang pilkada 2024, yaitu Dukuh Kembang, hal tersebut di buktikan dengan banyaknya atribut bendera partai yang di pasang di tengah tengah pemukiman warga Dukuh Kembang, bahkan terkesan adu ketinggian dalam memasang bendera.
“Pemasangan bendera tinggi tinggian ini bukan karena persaingan yang tidak sehat, tetapi justru mencerminkan bahwa di Dukuh Kembang Desa Nepen tersebut terjadi demokrasi yang sehat,” Kata seorang warga.
Jika kita kilas balik kemasa dahulu, dari dulu, warga Dukuh Kembang itu memang terkenal dengan guyup rukunnya, hidup bergotongroyongnya, namun tidak dipungkiri dengan berkembangnya jaman dan politik, hidup bergotongroyongnya sedikit mulai berkurang.
Apa lagi musim pilihan datang, seperti pilkada 2024 saat ini, ditambah adanya deklarasi kepala desa yang menyatakan dukungan kepada salah satu paslon, secara tidak langsung menjadikan pertanyaan dari warganya, dan menimbulkan pro dan kontra di warga masyarakatnya.
Pengakuan seorang warga, “Gih kulo masang gendero PDI mboten di bayar, mergo kulo remen, ( Iya saya pasang bendera PDI tidak di beri imbalan, saya senang)” Kata warga Rt 08/ Rw 02 Dukuh Kembang yang tidak mau disebut namanya.
Bendera yang dipasang oleh para simpatisan dari warga Dukuh Kembang tersebut berlomba adu tinggi supaya mencolok dan menarik perhatian. Pemandangan yang kontras dengan kondisi pemukiman warga Kembang “Warga nggak berharap banyak, yang penting jaga kerukunan,” Jelasnya.
Masih kata warga, “Warga itu memang di suruh untuk memilih, jadi jangan ada pemaksaan, kepala desa sembunyi dan diam, tidak nampak saja dibilang berpihak, apa lagi terang terangan, blak blakan, mengadakan deklarasi, belum lagi adanya aturan yang membatasinya yaitu netralitas dalam pemilu maupun pilkada, otomatis itu membuat warganya yang tidak sama pilihannya menjadi ada benang merah yang membatasi.” Kata warganya. (red.GI)