Kisah Seorang Penjual Es Potong dengan jalan kaki 10 an km, Mampu Sekolahkan anaknya di Perguruan Tinggi
Gerbanginterview – Nasib seseorang antara hidup susah dan senang memang menjadi rahasia Illahi, seperti yang dialami Suparmin (60) Penjual Es Potong keliling, asal Desa Ngegot, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali.
Suparmin (60) setiap hari berjualan Es Potong dengan jalan kaki hingga menempuh jarak puluhan kilo meter dari rumahnya Desa Ngegot, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali.
“Saya sudah biasa jualan dengan jalan kaki, kadang saya sampai Juwangi Andong sudah biasa,” Katanya.
Tanpa sengaja Suparmin saat istirahat di Angkringan Hidangan Istimewa Kampung (HIK) Desa Karangmojo Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali, bertemu dengan tim Gerbanginterview yang juga sedang mampir di Angkringan yang sama.
Dalam obrolannya bak gayung bersambut, Suparmin menuturkan kisah hidupnya kepada tim Gerbanginterview,
Suparmin mulai jualan es potong di gendong sejak th 1990 sampai sekarang, hanya jalan kaki, suka duka jualan jualan es sering dicuri anak anak yang iseng jika ditinggal istirahat sholat atau makan, semangat Suparmin mengais rejeki dengan jualan es ini tidak mengenal cuaca Hujan dan panas tetap jalan.
Seakan tak percaya seorang Suparmin yang hanya penjual es potong mampu menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. ” Bulan September tahun 2023 ini anak saya Warsiti (22) Insya Allah Wisuda S1, di Universitas PGRI Semarang.” Terangnya.
Lebih lanjut Suparmin menceriterakan kisah perjalanan hidupnya, “Anak anak saya alhamdulillah pada nurut, dan bisa mengerti keadaan orang tuanya, saat di rumah makan seadanya hanya dengan sambal dan gorengan tempe atau tahu sudah terima, kalau di kasih uang saku disisakan dan di tabung,” Tutur Suparmin.
Mendengar kisah Suparmin yang penuh suka duka itu, menyentuh hati para yang sedang nongkrong di Angkringan, termasuk Si pemilik Angkringan, merasa trenyuh iba dan hari, di jaman yang di bilang sudah jaman digital, masih ada orang yang seperti Suparmin (60) mampu menyekolahkan anaknya hingga Perguruan tinggi.
Pada hal banyak yang sambat, bahwa dunia pendidikan ini milik orang yang kaya, tetapi hal ini terjawab oleh Suparmin Si penjual es potong ternyata mampu dan bisa, walau harus jungkir balik ibarat kata, maka nasib orang siapa sangka, semoga ada Suparmin Suparmin lain yang mampu menyekolahkan anaknya hingga tuntas sarjana. ( Lap. Sudarmanto/GI.red.003)