Rakyat kecil atau Orang pinggiran pun akhirnya ikut bicara soal Debat kedua Pilpres 2024.
Gerbanginterview – Orang orang pinggiran atau masyarakat awam yang biasanya hanya disibukkan dengan kelelahan seharian bekerja, dengan leyeh leyeh menikmati kopi dan rokok, sambil ngobrol ringan ala orang ndeso, untuk kali ini pada ikutan bicara soal politik, debat kedua Pilpres 2024, yang ramai dibicarakan di media sosial, pasalnya dianggap ada yang aneh.
Sampai segitunya pihak pihak yang tidak suka kepada cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka, hanya memakai 3 mikrofon saja dipersoalkan, padahal membaca artikel dari detik news, (26/12/2023) Pihak stasiun TV penyelenggara sudah memastikan tidak memberikan keistimewaan bagi salah satu peserta debat.
Baca juga :
Begini salah Begitu Salah, Serba Salah Jadinya, Sabar Ya, Mas Gibran.
Debat Cawapres tersebut pihak penyelenggara sudah memberikan keterangan terbuka bahwa debat tidak ada perlakuan istimewa kepada salah satu cawapres, “lha nek ngene iki sing mumet rakyat cilik, (lha kalau begini ini yang pusing rakyat kecil,” Kata Barno (nama samaran) saat ikut ngobrol di warung Hik Mbah Gondo.
Hidup ini sudah susah, mau milih pemimpin yang seharusnya riang gembira penuh suka cita, kok malah di bikin susah dengan informasi yang membingungkan, “Memakai 3 mikrofon dijadikan masalah, tetapi saat pemaparan visi misi nya cawapres yang tidak baca tex cuma cawapres nomor dua, kok tidak ada yang mempersoalkan ya,” Imbuh Barno sambil nyruput kopinya.
Masyarakat bawah melihatnya debat kedua Pilpres 2024 itu berjalan baik kondusif, semua cawapres tampil baik, terkait ada pihak yang tidak puas itu urusannya mereka.
Sederhananya wong cilik ngomong, “Orang mau bertinju, sebelum masuk ring ada pemeriksaan fisik, di raba seluruh anggota badannya, baru di ijinkan naik ring tinju, begitu juga ajang debat cawapres yang disaksikan seluruh rakyat Indonesia, tentu saja sudah melalui berbagai mekanisme aturan yang disepakati antar kandidat.
Pastinya memilih pemimpin itu tidak sulit ketika semua pihak juga tidak ada yang membikin sulit, kadang rakyat di arus bawah itu jenuh dengan informasi di media sosial ketika melihat para ilit politik sedang berdebat, saling mempertahankan argumennya, sampai bertengkar, anehnya hal seperti itu menjadi biasa saja, begitu selesai, juga ngopi bareng, Nah, anehkan.?