Aneh, Suara Ganjar-Mahfud rendah, Suara Partai PDIP Melejit Tinggi.
Gerbanginterview – Hampir semua lembaga survei yang melakukan perhitungan cepat atau quick count Pemilu 2024, menampilkan hasil yang hampir sama, sementara semua lembaga survei menampilkan hasil untuk pasangan calon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mengungguli dari paslon yang lain.
Berdasarkan data dari laman resmi KPU pemilu2024.Kpu.go.id per pukul 09.00.21 WIB, Sabtu (17/2/2024), suara yang masuk sudah 63,90% suara. Dan hasil untuk pasangan Prabowo-Gibran menunjukkan angka 57.46%, untuk pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar 24,68%, sementara untuk pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md m17,86%.
Soal suara Ganjar-Mahfud terendah di berbagai wilayah, bahkan Jawa Tengah yang di klaim sebagai kandangnya Banteng, pasangan Ganjar-Mahfud justru menunjukkan perolehan suara di bawah pasangan Prabowo-Gibran, banyak orang bertanya tanya ada apa dengan pasangan yang diusung partai moncong putih ini, berbagai pertanyaan menjadi anomali, merasa aneh, karena perolehan suara Partai PDI P nya melejit paling tinggi di Jawa Tengah. Tetapi perolehan suara Ganjar-Mahfud rendah.
Baca juga :
Boyolali Membuktikan Sebagai Kandang Banteng yang Kuat.
Kejadian ini menjadi perhatian banyak pihak, karena Ganjar Pranowo kalah dalam perolehan suara di wilayah yang pernah dia menjabat sebagai gubernur dua pereode. Ternyata kejadian ini bukan kali pertama, Megawati juga pernah kalah di Jawa Tengah, saat pilpres melawan SBY, dan bisa menang saat Jokowi di 2019.
Soal rendahnya suara Paslon Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah, sebenarnya bisa mengambil stitmennya Bambang Wuryanto atau Bambang pacul, yang disampaikan di berbagai media “Jangan pernah melawan orang baik. Ini rumus dari kakek saya. Jangan lawan orang baik. Yang kedua, jangan lawan orang cantik.” Katanya.
Selain itu rakyat tiap hari di suguhi tontonan bagaimana para orang orang hebat dalam politik ketika berdebat, yang disuarakan tentang etika, adab, dan kecurangan, rakyat ini sudah paham tidak suka bila kampanye menjelekkan lawannya, rakyat itu menjadi obyek para politikus yang sedang mencari dukungan suara, jadi kalau bicara “kecurangan” rakyat justru tertawa.
Nah disitulah rakyat mulai belajar membaca situasi, disitulah rakyat memilih, dan disitu juga rakyat menilai para politikus yang sedang menjual seni politiknya atas nama rakyat, untuk pasangan calon yang mereka dukung atau dia sendiri yang sedang bertarung sebagai caleg, agar laku dimata rakyat Indonesia.
Dan ternyata pilihan rakyat terkait pilih Partai atau pilih Presiden dan Wakil Presiden tidak bisa di atur atur, bisa saja karena militan dengan Partainya maka memilih partainya, tetapi tidak memilih paslon Presiden dan wakilnya, bisa saja ini yang terjadi di Jawa Tengah, atau mungkin juga yang terjadi di seluruh propinsi. (red.GI/Jiyono)