MENYOROTI ATMOSFER POLITIK DI BOYOLALI MENJELANG PILKADA, TERASA ADA YANG BERBEDA
BOYOLALI, Gerbanginterview – Pilkada serentak tahun 2024 semakin dekat, orang pada menyoroti atmosfer politik di Boyolali menjelang pilkada terasa ada yang berbeda, bila dibandingkan dengan pilkada tahun sebelumnya, pasalnya Pilkada tahun 2024 ini sudah dekat, tetapi partai pemenang pileg 14/2/2024 yang lalu belum menampakan calon bupatinya secara terbuka, sepertinya masih anteng – anteng saja, justeru di Boyolali calon yang sudah nampak tampil baru ada satu orang calon bupati dan Spanduk gambarnya sudah tersebar di sejumlah titik wilayah Kabupaten Boyolali.
Agus Irawan yang akan maju sebagai calon bupati Boyolali, saat ini masih berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemkot kota solo, namun majunya Agus Irawan ini juga belum diketahui secara pasti, akan maju berpasangan dengan siapa, dan melalui kendaraan partai apa, yang sebagai pengusungnya,
Tetapi di media sosial sudah banyak sekali beredar pesan dan ajakan dari para Kepala Desa yang sudah menyatakan dan mengadakan deklarasi untuk mendukung Agus Irawan sebagai calon bupati Boyolali, atmosfernya sudah terasa sangat masif sekali.
Baca juga :
MENUJU PERUBAHAN BOYOLALI
Masif disini dibuktikan dengan banyaknya Gambar Agus Irawan, sebagai calon bupati Boyolali, gambar Irjen Ahmad Luthfi, dan gambar Taj Yasin Maimoen yang bakal maju sebagai calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah.
Seperti yang terlihat gambar yang terpampang di atas pagar rumah dari seorang pegiat partai tertentu, ini menjadi sorotan publik, apakah ini isyarat pertanda balik kanan mendukung,…? atau ini memberikan sinyal ajak – ajak wong cilik untuk menuju Perubahan Boyolali,…? tentunya seribu pertanyaan bergeliat dalam tanda kutip, dan sebagai masyarakat awam yang sering di sebut wong cilik, yang setiap ada even pemilu menjadi langganan mereka untuk mendulang suara, pastinya juga bertanya – tanya.
Seribu pertanyaan dari wong cilik yang tidak mau disebutkan namanya, “Kok bisa begitu ya ada apa…?, pasalnya di pemilu presiden dan pemilu legislatif 14 Februari 2024 yang baru saja berlalu, wong cilik cilik tersebut digiring oleh mereka, dan dalam pemilu presiden dan pemilu legislatif, 14 Februari 2024 wong cilik cilik tersebut memang masih bersama mereka, jadi wong cilik cilik itu heran saja, “Kok, Tinggal glanggang colong playu” Katanya.
Atmosfer politik di Boyolali memang sudah terasa berbeda, dan ini dirasakan oleh semua pihak, siapa saja merasakan, mungkin termasuk Bawaslunya juga ikut merasakan adanya atmosfer perbedan, padahal Bawaslu yang punya peran untuk mencegah terjadinya praktik politik uang, Bawaslu punya tugas mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-Undangnya.
Dalam pasal 280 ayat (3) UU Pemilu juga disebut Kepala Desa, Perangkat Desa, Anggota Badan Permusyawaratan Desa, Badan Usaha Milik Desa dilarang ikut sebagai pelaksana dan tim kampanye pemilu.
Kembali pada topik judul tulisan opini ini “Atmosfer Politik di Boyolali Terasa Ada Yang Berbeda” …Ya, memang terasa sekali bedanya, masyarakat arus bawah, wong cilik – cilik mayoritas memang menginginkan adanya perubahan, namun harapan dari perubahan itu jangan hanya berubah warna kemasannya saja, tetapi juga harus berubah isinya juga.
Sama saja perubahan itu akan menjadi bohong, ketika perubahan nantinya hanya akan di isi dan didominasi lagi oleh orang – orang yang saat ini bingung mempertahankan panggungnya, bingung mengamankan dirinya dengan cara balik kanan mendukung perubahan Boyolali, sebab perubahan ini berangkat dari sebuah perjuangan yang sangat panjang dari masyarakat arus bawah yang sudah lama sekali merindukan adanya perubahan, Ini katanya orang – orang pejuang perubahan…. Semoga menjadi perhatian,…Salam waras, Salam sehat… Merdeka…!!!.