Oleh : Imam Al Ghozali Wulakada
KENAPA harus Khofifah ? tokoh Perempuan satu ini posisinya perlu diperhitungkan di Pilpres 2024. Ada dua alasan, (1) alasan sosiologis karena Khofifah berasal dari komunitas Nahdliyyin yang jumlah pengikutnya kurang lebih mencapai 40 Juta orang se Indonesia. (2) alasan politis ialah Khofifah Gubernur Jawa Timur, telah terbukti merah kepercayaan Pemilih Jawa Timur yang jumlah suara nya nomor 2 tiga terbesar se Indonesia.
Cukup dengan dua alasan tersebut, maka Anis yang unggul di Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta berdasarkan survey terkini, bergabung dengan Khofifah peraih suara tertinggi di Jawa Timur, dengan sangat mudah menutup 70 % suara di Pulau Jawa.
Baca juga : Ketua Umum GAKI Acungi Jempol Kenerja KPK Tahun 2022
Kalkulasi ini yang harus menjadi perhatian para Partai Koalisi Indonesia Baru (Demokrat, PKS, Nasdem) dan Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar, PAN).
Petinggi PPP dan PKB sebaiknya keluar dari pengaruh kekuasaan saat ini. Melepaskan posisi kader dari Kabinet JKW di kurang waktu dua tahun ini lalu mengalihkan dukungan ke Anis dan Khofifa akan lebih menjanjikan politik 10 tahun mendatang (2024 – 2033).
Pilihan ini memang sangat beresiko bagi posisi mereka di Kabinet JKW saat ini. Tapi apalah artinya jika mereka harus berspekulasi untuk 10 tahun mendatang. Wajar saja, Partai harus kritis melihat realitas pergeseran orientasi original politik di masyarakat dari pada harus berspekulasi pada survey yang cenderung rekayasa demi kepentingan.
Lihat disini : Deteksi Dini Cegah Dini Forkompincam Ampel Boyolali Siaga Amankan Natal dan Tahun Baru 2023
PPP dan PKB sebaiknya mengambil posisi tepat di fase ini. Karena Khofifa itu anak politik PPP, Khofifa juga anak kultur PKB (Nahdliyyin). bila PKB bergabung ke Prabowo maka dia melawan arus sosialnya sendiri dan bila PPP cenderung ke setting istana untuk memilih Ganjar maka dia juga melawan arus politiknya sendiri.
Saat ini, Khofifa sedang dihimpit dengan isu korupsi, pada akhirnya tawarannya bisa mendampingi Ganjar sebagai Cawapres. Jika itu terjadi maka berulang skenario JKW sesi kedua 2019 yaitu merangkul NU melalui Ma’ruf Amin sebagai Wapres.
Bagi Nasdem, PKS, Demokrat coba keluar dari ego Santri kepartaian. Mereka harusnya melihat realitas di lapangan. Saat ini publik cenderung percaya pada sosok berkinerja walau pun bukan dari Partai Politik.
Jika Khofifa sukses mendampingi Anis maka dominasi PPP di Kabinet mendatang tidak terlalu besar karena posisi kadernya sekedar di Wakil Presiden. Sedangkan Presiden Anis independent non Partai. Jadi, komposisi Kabinet dari unsur Partai Pendukung akan sangat terbuka.