Berawal dari Kendang Rusak, Seorang Mantan Pelajar SMKI, Asal Boyolali Jadi Pengrajin Kendang.
Gerbanginterview – Berbekal Kendang Rusak dan alat pertukangan seadanya, ditambah kegemarannya pada seni budaya Campursari, seorang mantan pelajar Sekolah Menengah Kesenian Indonesia, (SMKI) Surakarta Lulus tahun 2017, Wiga Silmu Fitri, warga Dukuh Krajan Rt 003/005 Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, jadi Pengrajin kendang
Bocah yang lagi gede ini dengan alat yang serba sederhana pandai menyulap bongkahan kayu gelondongan menjadi sebuah alat musik pukul yang biasa disebut dengan nama Kendang,
Baca juga : Menjelang Pilpres 2024 diramaikan relawan Ganjar Pranowo di tingkat Nasional maupun Daerah.
Berangkat dengan memperbaiki Kendang rusak, Wiga jadi muncul ide
dasar bocahnya trampil, orang Jawa bilang “gathekan,” Saat ditanya awak Media Gerbanginterview, jawabnya begini, “Awalnya saya mau minta orang tua untuk di belikan kendang, tapi rasanya situasi saat itu kurang mendukung, lantas ada teman yang punya kendang rusak saya coba perbaiki, jadi dehhh…!!!” Kata Wiga sambil senyum malu.
“Saya pertama kali praktek membuat kendang pada tahun 2016 saat itu saya masih kelas 2, semuanya saya kerjakan sendiri dengan alat seadanya,” Jelas Wiga.
Baca juga : Jelang Pilpres 2024, banyak peristiwa di negeri ini yang di goreng menjadi cemilan politik.
Ditanya soal biaya membuat satu kendang jawabnya, “Tergantung besar kecilnya kendang, tapi saya membuat kendang pertama kali modalnya habis tuju ratus ribu rupiah, di beli orang Satu juta,” Terangnya.
Wiga dalam membuat kendang bahan bakunya memakai kayu nangka yang sudah tua yang warnanya kuning, dan menggunakan kulit kerbau dan kulit sapi, soal suara bagusan yang kulit kerbau katanya.
Dengan berjalannya waktu, Wiga mulai terkenal dengan hasil karyanya sebagai Pengrajin Kendang, bahkan sudah punya pelanggan, seputaran Boyolali, Temanggung, dan juga Magelang.
Karya-karya kendangnya banyak diminati oleh kalangan musisi Campursari, kebetulan Wiga ini juga penabuh kendang di rombongan Campursarinya yang diberi nama “Panggilan”
Kini Wiga mulai merambah pengenalan hasil karyanya melalui platform media sosial, untuk menjajakan kendangnya
Wiga berharap mudah mudahan melalui informasi ini bisa di dengar Dinas yang membidangi tentang kebudayaan agar bisa mendapat bantuan modal, “Saya sangat berharap sekali ada kucuran bantuan modal untuk mengembangkan kerajinan yang saya tekuni sejak tahun 2016 saat itu saya kelas 2 di SMKI Solo,” Harapnya. (Reporter Jiyono/red.GI.MSar)