Opini : Sejumlah Kepala Desa di Boyolali Ramai ramai Pindah ke lain hati, Menggelar Deklarasi mendukung paslon tertentu.
Viral dan vulgar, Kepala desa (kades) dari berbagai Kecamatan se Kabupaten Boyolali secara terang terangan, blak blakan telah mendeklarasikan diri mendukung terhadap salah satu paslon pilkada. Tentu ini menjadi tanda tanya besar, ada apa sebenarnya….?
Soal dukung mendukung sebenarnya bukan hal baru, bukan hal yang mengagetkan bagi masyarakat, karena pemandangan seperti itu sudah biasa, setiap ada even pemilu atau pilkada, hal serupa juga terjadi, juga di lakukan, cuma bedanya kalau dulu tidak berani terang terangan, tetapi kalau sekarang ini dilakukan dengan terang terangan, blak blakan, tanpa tedeng aling aling.
Dengan viralnya video Kepala Desa menggelar deklarasi mendukung paslon tertentu di pilkada 2924 ini, bisa saja menimbulkan Konflik of interest konflik kepentingan, dimana situasi ketika kepentingan pribadi seseorang berbenturan dengan tanggung jawab resmi atau profesionalnya. Konflik kepentingan dapat terjadi pada orang-orang yang memiliki posisi kepercayaan, kekuasaan, dan/atau wewenang, Konflik kepentingan dapat menimbulkan ketakutan, Konflik kepentingan dapat menyebabkan individu atau organisasi membuat kebijakan yang bias.
Sementara Kepala desa yang berani terang terangan mendukung paslon tertentu, tentu ada alasannya, namun demikian aturan yang melarang kepala desa untuk tidak terlibat dalam kegiatan politik praktis jelas juga ada, hal ini kembali kepada individunya, pribadinya kepala desa, masing masing. Karena juga ada kepala desa yang mengatakan bahwa “Deklarasinya dilakukan sebelum masa kampanye.” Namun stitmen tersebut juga dijawab oleh warga yang beda pilihan, “Suara kepala desa bukan suara warganya,”
Justeru, apa yang dilakukan kepala desa ini yang menjadikan pro kontra di depan warganya, warga yang dulu tidak sejalan dengan pilihannya, sekarang bisa sejalan, pastinya gembira suka ria mendapat dukungan dari pemerintah Desa, sebaliknya warga yang selama ini selalu setia mengikuti intruksi kepala desanya di setiap ada even pemilu menjadi kaget, pasalnya “Kepala desanya sudah pindah ke lain hati,” Yang paling kaget terutama para ketua Rukun Tetangga (RT) yang berhadapan langsung dengan warganya.
Sebagai warga masyarakat awan yang taat aturan, sadar hukum, mari bersama sama menciptakan iklim yang sejuk dalam mengikuti prosesi pilkada, terkait dengan beda pilihan itu biasa, namanya saja diselenggarakan supaya memilih, jadi kalau warga memilih itu sudah pas tidak melanggar aturan, tetapi kenetralan aparatur desa ada aturannya. Salam waras… Merdeka…!!! (Red.GI)