Opini : Kepala Desanya Berani Deklarasi menentukan Dukungan, Warganya Berani Menentukan Pilihannya Sendiri
Gerbanginterview – Setiap menjelang pilkada netralitas para Kepala desa, perangkat desa, dan para ASN untuk bersikap netral dalam pilkada, selalu disuarakan, Namun netralitasnya pada pilkada tahun 2024 ini justru dipertanyakan. Sebab, para kepala desa di Boyolali, secara terang terangan menggelar Deklarasi mendukung Calon bupati tertentu, berita ini tersebar luas di media sosial.
Warga menanggapi peristiwa Deklarasi ini dengan berbagai cara sudut pandang, tentu pro dan kontranya ada, memang secara aturan seharusnya kepala desa bersikap netral, termasuk perangkat desanya, dan para ASNnya. Dan sebenarnya fenomena seperti ini bukan barang baru, bukan hal yang baru cuma dulu para kepala desa perangkat desa dan ASN itu sembunyi, tetapi sekarang berani terbuka, berani pindah ke lain hati.
Bagi warga masyarakat, yang pro dengan adanya deklarasi kepala desa dukung salah satu paslon, mengatakan, “Itu langkah yang di ambil kepala desa sudah benar karena menginginkan di Boyolali ada perubahan,” tetapi bagi warga masyarakat yang kontra dengan adanya Deklarasi kepala desa tersebut, bahwa apa yang di lakukan itu tidak benar, karena menabrak aturan, terus bagaimana dengan warganya,…? Ini menjadi sorotan, dan terkesan memberikan pendidikan politik yang kurang baik.
Masalah kepala desa menggelar Deklarasi dukungan, itu telah terjadi sangat masif, namun ada juga warga yang mengatakan, “Suara kepala desa tidak sepenuhnya bisa mempengaruhi pilihan warganya,”…ada lagi yang bilang “Deklarasi yang dilakukan kepala desa itu tidak menabrak aturan karena deklarasinya di lakukan sebelum tahapan pilkada di mulai,” yah, begitulah kenyataannya.
Dan, entah itu suatu kebetulan atau memang ruang waktunya yang bersamaan, jelang pilkada di Boyolali ini ada peristiwa tindak pidana korupsi yang terungkap, seperti yang telah kita ketahui melalui media sosial, dengan fenomena tersebut, menjadi bahan pertimbangan warga masyarakat untuk menentukan pilihannya.
Dengan terungkapnya pelaku tindak pidana korupsi di Boyolali menjelang pilkada ini warga masyarakat sangat berharap, calon bupati yang mengusung tema menyuarakan “Pertubahan” jangan sampai di nodai, di buat sarang persembunyian oleh orang orang yang diduga terindikasi korupsi, yang sedang bersembunyi di rumput rumput yang bergoyang, yang sedang mencari tempat aman, dengan cara pindah ke lain hati.
Namun apapun itu, ini adalah sebuah proses demokrasi yang telah terjadi di Boyolali, mari kita bersama sama sebagai warga masyarakat Boyolali, tetap menjaga kondusifitas Boyolali tetap tersenyum, aman, dan damai, saat ini telah ada dua pasangan calon bupati dan calon wakil bupati, biarlah warga masyarakat memilih dengan bebas, berikan ruang dan waktu dengan penuh suka ria, riang dan gembira, tanpa adanya rasa takut dan intimidasi.
Dua Paslon Bupati dan wakil bupati sudah siap dan siap untuk di pilih, secara data profil masing masing juga telah banyak di ketahui, tinggal bagaimana warga masyarakat menjatuhkan pilihan, dan jatuh hatinya kemana…? Calon Bupati Boyolali Agus Irawan sebelumnya pernah bertugas sebagai staf administratif di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Solo sebagai pengelola data dan informasi. Agus Irawan menurut informasi yang beredar di media sosial, ia mulai masuk kerja di Pemkot Solo pada 2010, melalui jalur “Honorer” dari Dinas Pasar pada waktu itu, yang sekarang menjadi Dinas Perdagangan.
Kemudian untuk calon bupati Boyolali Marsono,SH, ia lahir pada tanggal 8 Mei 1973 di Boyolali, riwayat Pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, dari situlah menjadi langkah awal Marsono,SH, untuk berkiprah memahami sistem hukum dan tata kelola pemerintahan.
Sementara riwayat Karier Marsono,SH diawali menjadi Kepala desa di desa Kemiri, Kecamatan Mojosongo yang saat ini sudah menjadi komplek perkantoran Kabupaten Boyolali, sedang karier politik Marsono,SH, dimulai ketika ia bergabung dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Boyolali, melalui Partai PDIP, Kemampuannya tidak diragukan dalam menganalisis kebijakan dan memperjuangkan aspirasi rakyat membawanya ke posisi puncak menjadi Ketua DPRD Boyolali, dan saat ini mencalonkan diri untuk menjadi bupati Boyolali.
Nah, dengan jelas profil riwayat kedua calon bupati Boyolali sudah jelas, tersebar di media sosial, kembali ke awal, kepala desa saja berani Deklarasi menyatakan dukungannya, sedang ASN diduga ada yang ketar ketir, maka warganya pun juga lebih berani, dan lebih bebas untuk menentukan pilihannya. (Red.GI/Jio)