Mari kita belajar intropeksi diri, dalam setiap keadaan, Jangan larut dalam pujian.
Gerbanginterview – Banyak terlihat kehidupan di era reformasi ini benar dan salah beda tipis, bisa bisa yang benar jadi salah, yang salah tertawa ha,ha,ha, tralalala.
Kita sering menyaksikan, orang bertengkar, kita sering menyaksikan orang berdebat, kita yang menyaksikan, terkadang sulit membedakan mana yang “Penjahat.” Karena beda tipis sama sama berdasi.
Orang yang sering dapat pujian, akhirnya lupa daratan, hatinya tak kuat menerima pujian, akhirnya orang merasa tinggi dan tak lagi bisa terkendali, apa lagi dinasehati, sudah tidak perduli. Orang merasa paling hebat, paling kuat, dan paling pintar dan benar, diantara yang lain.
Orang serakah sudah menempati satu tempat posisi, tetapi masih ingin menempati posisi yang lain, namanya orang yang serakah, ujung – ujungnya tidak membawa berkah.
Maka, salah satu latihan untuk tidak berada pada zona zona tersebut diatas, yang terpenting, yang harus dibiasakan setiap hari adalah kita tidak gampang meng hiyakan apa yang dirasakan hati, terlebih jika itu karena dipengaruhi orang lain, ingat saat ini sudah musim kompetisi Politik.
Dalam AlQur’an di terangkan, “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” QS Al Luqman ayat 18
Kalau dipuji jangan gampang terbang, jangan mudah bangga dan besar kepala, demikian pula ketika di omongi dan dikucilkan…jangan gampang kecil hati, Senang susahnya hidup, jangan sampai dikendalikan oleh orang lain, Pandai-pandailah mengatur hati, mereka mengatur memilih karena mereka punya target.
Waspada selalu ingat, bahwa yang memuji kita tidak punya kuasa apapun atas hidup kita, Dan yang mengucilkan kita, menghina kita juga sama, tidak punya kuasa atas kebebasan kita.
Karena, mudah ataupun sulitnya hidup, tidak ditentukan oleh besar kecilnya bantuan mereka, mereka hanya melancarkan pujian yang mereka ucapkan, itu kamuplase menyimpan harapan, maka kita jangan mudah terkena pujian mereka.
Karena apapun itu, semua tetap harus berjalan dan kita sendiri yang akhirnya berjuang.
Saat sulit datang, yang pernah memuji hilang. Yang mencaci pun tambah menjauh.
Maka pandai – pandailah kita memaksa diri berlatih bahagia di setiap keadaan, maka akan semakin mudah menerima takdir Allah dan makin gampang bersyukurnya,
Percayslah, obat segala kecewa dan sakit hati itu adalah rasa syukur.
Sudah begitu banyak yang akhirnya tidak bisa menikmati manisnya iman. Lantaran hatinya terlalu haus mencari pengakuan orang lain. Dipuji dia gembira, dihina dia merana, lupa bahwa nikmat Allah masih ada di depan mata.(Mujo,W/GI/red.003)