Gerbang Interview – Ketum Ormas Benteng Padjajaran (BP) mengatakan, Kejadian kemarin di Kota Bogor, ibarat hawa terik dari suhu lingkaran korupsi di kantor Kemenag Kota Bogor, (2/11/2022).
Entah karena apa kepala kantor memilih kabur dan tidak menemui mahasiswa pendemo hanya kepala TU ( Tata Usaha) yang maju.Benarkah ini murni berdemo kaitan korupsi atau ada akal dan politik sendal jepit?.
Ketum DPP Ormas Benteng Padjajaran ,Doel Samdon mendukung mahasiswa pendemo soal korupsi dana BOS di Kemenag yang ditangani Kejari Kota Bogor .”
Ini adalah aspirasi arus bawah Apapun bentuknya mau demo mau orasi atau ikut dalam melaporkan subjek pelakunya harus dengan objektifitas.
Kita junjung tinggi supremasi hukum jika memang ada data pelaku atau inisiator selaku pejabat didalam menikmati aliran uang itu maka laporkan orangnya dan sebut serta tunjuk wajahnya” Tegas Doel Samdon.
Diketahui kemarin ,Selasa (1/11) elemen mahasiswa Bogor melakukan aksi demo terhadap Kemenag (Kementerian Agama) Kota Bogor terkait persoalan kasus tindak pidana korupsi dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) tahun anggaran 2017 yang terduga dilakukan oleh ketua dan Bendahara KKMI (kelompok kerja Madrasah Ibtidaiyah).
Disituasinya, depan gerbang Kejari (Kejaksaan Negeri) Kota Bogor, para mahasiswa mengekspresikan rasa kekecewaannya. Karena hal itu, menurut mereka telah gagalnya melaksanakan sumpah dalam penegakkan hukum undang-undang, beserta kekecewaan terhadap Lembaga Kementrian Agama yang terkesan acuh.
Bukan sekedar orasi di depan kejaksaan, akan tetapi mereka juga melanjuti aksinya dengan membakar ban dan mengucapkan sumpah mahasiswa di depan Gedung Kemenag Kota Bogor untuk memancing reaksi pertanggung jawaban dari Kamenag berdasarkan Juknis Dirjen Pendidikan Tinggi bilamana terbukti adanya penyalahgunaan anggaran.
Namun, para mahasiswa merasa kecewa ketidakhadiran Kepala Kantor Kemenag Kota Bogor. Alih-alih malah diwakilkan Kasubag TU ( Kepala Sub Bagian Tata Usaha ), Ade Sarmili, saat menemui aksi para pendemo, sontak merekapun langsung meninggalkan ruangan dan memboikot Gedung Kemenang dengan spanduk bertuliskan suara kekecewaan juga penuntutan.
Pada kesempatannya, inisiator Forum Mahasiswa Kota Bogor, Wahab Sunandar, menyampaikan harapannya yang berinisiatif melakukan sebaran undangan ke mahasiswa lainnya, Guru, Orang tua murid untuk bersama-sama memberikan edukasi dan memperjuangkan generasi yang bebas dari korupsi.
“Saya sangat terbuka dan sangat antusias sekali apabila dari mahasiswa itu banyak yang aware terakait persoalan korupsi karena seperti yang diketahui bahwa korupsi itu merupakan kejahatan yang luar biasa, kalo dibiarkan ya rusak bangsa ini.
Dan harapan untuk orang tua siswa guru, saya ingin memberikan informasi edukasi bahwa ternyata tidak semuanya struktur yang ada dalam pemerintahan baik-baik saja. Besar kemungkinannya adanya tindak pidana salah satunya korupsi.” Seruannya.
Masih dikatakan, dirinya juga berharap para jurnalis bisa ikut serta dalam menyebarkan informasi terkait tindak pidana korupsi dan mengharapkan wawancaranya bisa sampai ke Kemenag dan Kejari Kota Bogor.
“ saya inginkan bahwa jurnalis itu ikut aware juga ikut memberitakan dan memberitahukan kepada publik bahwa korupsi itu sangat berbahaya. Dan memberitahukan kepada publik betapa pentingnya kita menyuarakan, mengkritisi terkait korupsi ini,” Katanya.
Disisi lain, Kasubag TU Kemenag Kota Bogor, Ade Sarmili, menjelaskan alur penggandaan soal dana BOS yang dikelola secara otonom dan kemenag hanya memberikan rambu-rambu saja.
“terkait dengan penggandaan soal itu memang, saya tidak memahami detail tapi ada yang harus mengaju ke situ, tidak semua dana BOS dipake oleh kantor kemenag, alurnya begini, dana BOS itu ada di Dipa, karena tiap tahun berbeda.
Kemudian disalurkan ke Kepala Madrasah, kemudian mengelola uang itu secara otonom, kita hanya memberikan rambu-rambu bagaimana pembuat pelaporan, pembiayaan, perencanaan, karena mereka punya RAPBM (Perencana Anggaran Penempatan Belanja Madrasah) itu mereka masukan kesitu, sumber-sumber pendapatan dana, baik bantuan dari pihak ketiga, dari pemerintah yang mengikat, atau bantuan dari masyarakat, orang tua siswa,” Ucap Sarmili.
Lebih lanjut, Ade Sarmili, memberikan kesan bahwasannya Kemenag memahami kekecewaan mahasiswa karena tidak bisa bertemu dengan Kepala kantor dan siap untuk berdiskusi secara rombongan maupun pribadi.
“Kita memahami betul kekecewaan mereka, mereka sudah datang jauh-jauh, panas, tapi tidak ketemu , tapi isinya sudah sampe, sebenarnya hanya tul tidak ada, pimpinan tidak ada.
Oleh karenanya kalaupun mereka ingin hadir kembali secara pribadi dengan kepala kantor untuk mengurai kejelasan berbagai halnya itu kami berlapang dada menerima mereka, baik secara berombongan, secara pribadi atau kami datang hadir ke sekretariatnya, kita akan jelaskan secara tuntas.( Gus)