Rusia – Vladimir Putin dan Xi Jimping ‘dapat bertemu pada bulan September’ pada pertemuan puncak di Samarkand Uzbekistan, (20/8/2022).
Wall Street Journal menyarankan para Pemimpin Rusia Vladimir Putin dan China Xi Jimping dapat mengadakan diskusi di kota Uzbekistan.
Xi Jinping dapat bertemu dengan Vladimir Putin pada pertengahan September di KTT regional di kota Samarkand, Uzbekistan, telah dilaporkan.
Menurut Wall Street Journal, persiapan sedang dilakukan untuk Presiden China untuk melakukan perjalanan ke Samarkand pada 15 September untuk pertemuan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).
Kantor Xi memberi isyarat bahwa dia akan hadir secara langsung, kata laporan itu, dan bahwa selain Putin, pertemuan bilateral juga dapat diadakan dengan para pemimpin Pakistan , India dan Turki.
Namun, para pejabat memperingatkan bahwa rencana Pemimpin China itu, bisa berubah, dan mungkin saja dia bisa hadir secara virtual.
Xi belum meninggalkan China sejak Januari 2020.
SCO tidak menanggapi permintaan komentar pada hari Jumat. Kantor berita milik Negara Rusia, Tass, melaporkan pada bulan Juni bahwa, Vladimir Putin berencana untuk menghadiri KTT SCO.
Xi dan Putin juga diperkirakan akan menghadiri KTT G20 di Bali pada bulan November.
Sebuah pertemuan di mana Presiden AS, Joe Biden, dijadwalkan untuk ambil bagian.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, telah mengatakan dia akan berpartisipasi dari jarak jauh.
KTT Samarkand dan Bali akan memberikan kesempatan, untuk diskusi tatap muka kritis pada saat ketegangan yang sangat tinggi.
Terutama atas invasi Rusia ke Ukraina dan China. sikap militer agresifnya di sekitar Taiwan.
Tentara Pembebasan Rakyat melakukan latihan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya di sekitar pulau setelah kunjungan ketua DPR AS, Nancy Pelosi, pada awal Agustus.
Beijing telah mendukung Moskow secara retoris atas Ukraina, menolak untuk mengkritik invasi, tetapi tidak ada bukti bahwa mereka telah memasok senjata, seperti yang dikhawatirkan oleh beberapa pejabat AS.
Terakhir kali mereka bertemu, di Beijing pada bulan Februari, Putin dan Xi bersumpah bahwa hubungan bilateral akan memiliki ‘tanpa batas’.
Bencana militer Rusia di Ukraina dilaporkan telah mempengaruhi pemikiran militer China atas Taiwan pada tahun cara yang masih belum jelas.
Masalah Rusia telah menjadi pengingat bahwa Cina belum memiliki segala sesuatu yang diperlukan untuk melakukan invasi, dan bahwa menyerang tanpa persiapan penuh dapat memakan biaya.
Di sisi lain, semakin lama Cina menunda upaya untuk mengintegrasikan kembali pulau dengan paksa.
Semakin besar kesempatan Taiwan untuk mempersenjatai diri dan belajar dari keberhasilan Ukraina dalam menjaga pasukan Rusia di teluk.
Sumber: The Guardian/Gerbang Interview
Editor: Saidi
