Ki H. Drs. Abdihi Mulyono (Dalang Wayang Religi dari Andong Boyolali)
Boyolali, Gerbanginterview.com – Ruwat Murwokolo adalah salah satu tema lakon Wayang Kulit Religi yang di beberkan oleh Dalang Ki H. Abdihi Mulyono Kondo buwono dari Dukuh Gondangrawe Rt 09 Rw 02 Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. (24/4/2023)
Pagelaran wayang Religi yang di gelar pada (24/4/2023) bertajuk siar agama tentang Alqur’an itu mesti hanya berskala kecil oleh Ki H. Abdihi Mulyono berharap, “Saya berharap apa yang saya beberkan melalui wayang Religi ini akan bisa berdampak skala besar melalui siar tentang ayat ayat Alqur’an yang saya sampaikan melalui wayang Religi tersebut,” harapnya.
Ki Abdihi Mulyono Kondo Buwono adalah diketahui merupakan seorang pensiunan guru yang mempunyai keahlian sebagai dalang, maka melalui keahliannya itu ia menjabarkan ayat ayat dalam Alqur’an melalui wayang yang menggambarkan kehidupan manusia yang dilihat dari kodrat kelahirannya.
Baca juga : Idul Fitri 1444 Hijriah 2023, tanamkan Sikap Baik Sangka, awal kemenangan Hati.
Begini penjelasan Ki H. Abdihi Mulyono Kondo Buwono, “Bahwa Manusia lahir hidup di dunia itu di beri ujian dari Allah yang berwujud perintah dan larangannya, adapun perintahnya adalah manusia itu agar beriman dan larangannya manusia itu jangan musrik, yang di sebutkan di kitab suci Alqur’an Surat Al Insan ayat (1) dan ayat (2).
Menurut Alqur’an Surat Al asser ayat (1) (2) dan (3) didalamnya waktu atau masa, disebutkan ada manusia yang dalam kerugian, dimana dalam pewayangan, disebut sebagai manusia yang nandang sukerto yang artinya manusia yang di suruh beriman tetapi tidak beriman, dan yang dilarang tidak boleh musrik tetapi manusia tersebut musrik, manusia yang dalam kerugian atau nandang sukerto pada suatu waktu akan mendapat azab atau dalam pewayangan dinamakan akan menerima bebendu, dalam pewayangan digambarkan orang yang nandang sukerto itu akan di makan oleh raksasa ( Bethoro kolo).
Supaya tidak mendapatkan sukerto atau bebendu, maka manusia itu harus di Ruwat supaya hilang, atau bersih dari mara bahaya, cara meruwatnya adalah yang pertama orang yang tidak beriman atau musrik, menurut Alqur’an Surat Al ashr ayat (3) agar manusia tersebut beriman melakukan kebaikan, nasehati hal hal yang benar, nasehati untuk kesabaran.
Adapun Ruwat yang kedua adalah Ruwat waktu atau masa, inilah yang dinamakan Murwokolo, didalam pewayangan di sebutkan ada lima bagian, diantaranya satu manusia yang nandang Sukerto karena kodratnya, artinya bawaan sejak lahir, kedua manusia nandang Sukerto karena perilakunya dalam hidupnya, ketiga manusia yang nandang Sukerto karena Allah akan memuliakan ibadahnya sebagai contohnya Orang yang dapat atau mampu pergi Haji. Untuk nomor empat manusia yang mendapatkan Sukerto karena Allah akan mengangkat drajadnya, dan yang kelima manusia yang terkena Sukerto karena janjinya sendiri, sumpahnya sendiri.
Adapun penjelasan Sukerto nomor empat yaitu Sukerto karena kodrat adalah ibarat sekolah adalah merupakan sekolah umum atau reguler dan Sukerto yang dimuliakan itu sekolah program khusus atau program unggulan.
Manusia yang masuk dalam katagori program unggulan adalah manusia anak tunggal laki laki yang di sebut ontang anting, sedangkan perempuan di sebut unting unting, Kemudian anak yang di sebut lumunting adalah anak yang tinggal satu karena saudaranya sudah pada meninggal.
Selanjutnya anak dua laki laki semua di sebut Uger uger lawang, sementara anak dua perempuan semua di sebut kembang sepasang, anak dua laki dan perempuan disebut kedono kedini, jika perempuan laki laki disebut kedini kedono, jika anak tiga laki, perempuan laki disebut sendang ka apit pancuran, anak perempuan laki perempuan disebut pancuran kaapit sendang.
Anak tiga laki semua di sebut gotong mayit, anak tiga perempuan semua cukep julik, anak empat perempuan semua Sarimpi, anak empat laki semua Sarombo, anak lima laki semua pandowo, perempuan semua pendawi, anak lima satunya laki disebut pendowo madangke, anak lima yang pertama laki di sebut banteng ngirit jawi, dan anak lima yang pertama perempuan di sebut jawi ngirit banteng.
Pada jaman dulu ada yang menganggap kepada anak yang nandang Sukerto itu adalah anak yang tidak baik, anggapan itu sebenarnya salah, justru anak yang nandang Sukerto itu akan diangkat drajadnya oleh Allah, dengan cara di Ruwat, dan tidak harus menggelar pagelaran wayang tetapi harus melalui proses yang menuju keimanan seperti yang tersurat di ayat 103 surat al asser.” Kata Ki Abdihi Mulyono Kondo Buwono.
Masih kata Ki Abdihi Mulyono
“Semoga pagelaran wayang Religi ini bisa memberikan manfaat positif bagi masyarakat untuk lebih beriman, (Redaksi/Tim/GI)